Calistung Untuk Anak TK



Bicara tentang mengajarkan calistung ke anak pra-sekolah memang menarik, apalagi kalau seandainya anak kita yang masih 3-5 tahun sudah bisa dan menguasai calistung.

Di KB-TK Yaa Bunayya Surabaya, tidak ada target anak harus bisa calistung sebagai hasil out put-nya, karena memang pada dasarnya pendidikan anak usia dini adalah masa bermain. Benar-benar bermain.

Disini anak dikenalkan calistung melalui kegiatan bermain yang variatif.
Di setiap sentra, ada banyak pilihan kegiatan yang bertujuan mengenalkan huruf, angka, kata, serta simbol2 matematika, dimana anak secara fun memilih dan bermain sesuai prosedur permainan.
Diharapkan melalui kegiatan ini anak-anak akan “melek” huruf dan angka dengan sendirinya. Dengan begitu anak mulai tertarik dengan hal-hal disekitar (berupa kata, huruf dibuku, simbol2, plang2, baligho, dll) dan mulai bertanya dengan cerdas.

Sehingga kita sebagai guru dan orangtua lebih mudah memfasilitasi keingintahuan anak2

Seperti yang dilangsir di Replubika.co.id, Jakarta (Mohon maaf, Saya Lupa tanggalnya)

Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena ‘Mental Hectic’.

”Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,” ujar Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, Sabtu (17/7).
Oleh karena itu, kata Sudjarwo, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada ‘qittah’-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.
Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ”Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru,”  jelas Sudjarwo.
Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung.  Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ”Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,” cetusnya.
Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ”Jadi tidak main-main itu, ada namanya ‘mental hectic’, anak bisa menjadi pemberontak,” tegas dia.
Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ”SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,” jelasnya.
Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, telah dilakukan melalui berbagai pertemuan di tingkat kabupaten dan provinsi.  Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ”Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,” jawab dia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Buka Hati dengan Pendidikan Tauhid

× Hubungi Kami