Kisah Teladan Ku

Ummu ‘Imaroh binti Sofyan bin Abdillah bin Rabi’ah ats-Tsaqofi, seorang gadis yang hanya membantu ibunya menjualkan susu di pasar. Di suatu siang, salah seorang petugas Khalifah Umar bin Khatab mengumumkan di pasar muslimin sebuah keputusan khalifah. Keputusan tersebut berlandaskan pada keluhan para pembeli susu, di mana para konsumen merasa dirugikan karena susu yang dibelinya bercampur air.
“Wahai para penjual susu, jangan mencampur susu dengan air. Karena hal itu menipu muslimin. Siapa yang melakukannya, akan di hukum oleh Amirul Mukminin dengan hukuman yang keras,” teriak sang petugas dengan lantang.
Pada suatu malam, Umar bin khatab berjalan memantau kaum muslimin dengan pengawalnya bernama Aslam. Setelah sekian lama berjalan, Umar merasa perlu untuk beristirahat sejenak. Maka Umar pun beristirahat di samping sebuah tembok rumah.
Dari dalam rumah tersebut, terdengar dialog seorang ibu dengan putrinya:
Ibu: “Nak, campurlah susu itu dengan air”.
Putri: “Wahai ibu, apa ibu tidak tahu keputusan Amirul Mukminin yang telah diumumkan hari ini?
Ibunya: “Memang umar memutuskan apa?”
Putri: “Tadi ada seorang petugas Umar yang mengumumkan di pasar bahwa susu tidak boleh dicampur dengan air.”
Ibu: “Sudah…, campur saja susu itu dengan air. Bukankah kalau kamu mencampur susu dengan air, Umar dan petugasnya tidak tahu.”
Putri: “Demi Allah, aku tidak mau taat kepada Allah di kerumunan banyak orang tapi aku bermaksiat kepada-Nya di tempat yang sepi. Kalaupun Umar tidak melihat kita, Tuhannya Umar tetap melihat kita.”
Umar yang dari tadi menguping pembicaraan ini merasa sangat kagum.
Umar berkata kepada pengawalnya: “Wahai Aslam, tandai pintunya dan kenali wilayah ini”. Begitu Aslam menandai dan mengenali wilayah, mereka berdua kembali pulang.
Di hari berikutnya, Umar memerintahkan Aslam: “Wahai Aslam, coba kamu pergi ke tempat yang semalam, lihat lah siapa yang berkata dan siapa yang diajak bicara, Apakah mereka mempunyai suami?”
Kemudian Aslam pergi. Ternyata yang tinggal di rumah tersebut adalah seorang janda dengan putrinya yang belum menikah yang bernama Ummu ‘Imaroh.
Aslam bergegas menyampaikan berita tersebut kepada Umar. Umar yang mendengar berita tersebut, segera mengumpulkan semua anak laki-lakinya.
Umar berkata kepada anak-anaknya: ”Apakah ada diantara kalian yang mau menikahi seorang wanita? Kalau saja ayahmu masih ingin menikah, maka pasti tidak akan ada seorang pun diantara kalian yang akan ayah berikan wanita ini.”
Abdullah bin Umar berkata: ”Saya punya istri”.
Abdurrahman bin Umar berkata: ”Saya juga sudah punya istri”.
Ashim bin Umar berkata: ”Saya belum mempunyai istri, dan saya bersedia untuk menikahinya.”
Umar segera datang melamar putri penjual susu untuk dinikahkan dengan putranya yang bernama Ashim. Pernikahan pun dilangsungkan. Antara Ashim bin Umar dengan Ummu ‘Imaroh binti Sofyan.
Pernikahan yang berkah tersebut melahirkan seorang putri yang bernama Ummu Ashim binti Ashim.
Ummu Ashim inilah ibunda dari khalifah yang luar biasa sholehnya; Umar bin Abdul Aziz. Khalifah yang mampu memimpin dengan sangat baik dan menyelesaikan seluruh permasalahan negara yang sangat luas hanya dalam waktu 29 bulan saja.
Umar benar dan terbukti kalimatnya. Dari wanita yang selalu merasa dilihat Allah bahkan dalam kesendiriannya, terlahirlah pemimpin shalih yang hebat.
Kisah seperti ini sudah sering didengar oleh para pembaca. Namun, jarang sekali kisah-kisah seperti ini memberikan motivasi dalam kehidupan di dunia. Sehingga perlu menghadirkan motivator-motivator untuk memotivasi diri.  Kisah seperti sudah sering disampaikan dalam artikel-artikel penulis. Namun, jarang sekali digali inspirasi yang ada dalam kisah-kisah seperti ini. Kisah seperti ini jarang pula dijadikan sebuah prediksi untuk melahirkan generasi terbaik, sehingga dapat dipakai menjadi solusi-solusi melahirkan generasi itu.
Cobalah, kita cermati tentang kisah di atas. Bukankah, ada Motivasi-Inspirasi-Prediksi dan Solusi bagi keluarga muslim?. Penulis merasakan adanya hal itu, seperti ini setidaknya…
1.Jika benar kita beriman kepada Allah, pasti kita selalu merasa diawasi oleh Allah.
Jadi kalau ada maksiat besar maupun kecil yang dilakukan. Ukuran adalah apakah Allah Subhanahuwata’ala hadir mengawasi kita?
2.Merasa diawasi Allah, akan membuat kita takut melakukan dosa walaupun sedang sendiri dan tidak orang yang melihat
Jadi kalau kita sedang sendiri atau tidak ada orang yang melihat, maksiat itu bisa kita tinggalkan bahkan jauhi. Bukti bahwa Iman itu teraplikasi
3.Iman kepada Allah merupakan modal paling penting untuk melahirkan pemimpin yang shalih lagi hebat
Beriman kepada Allah hal yang tidak bisa di tawar untuk kelayakan menjadi pemimpin. Pemimpin sekarang, yang akan datang, anak kita atau anak orang lain. Hadirkah Allah Subhanahuwata’ala pada aktifitas mereka?
4.Dalam mencari pasangan hidup, ukurannya adalah mempunyai iman kepada Allah yang membuatnya takut melakukan dosa.
Sampai mencari jodohpun diberikan inspirasi dalam kisah ini. Kalau ingin mendapat pasangan yang terbaik, cukup lah di cek dulu keimanannya pada Allah Subhanahuwata’ala.
Begitulah kisah mengajarkan kita…
Wallahu’alam…
http://kuttabalfatih.com/index.php/81-artikel/163-begitulah-kisah-mengajarkan
 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Buka Hati dengan Pendidikan Tauhid

× Hubungi Kami