Sepenggal Kisah, Bocah Calon Penghuni Surga

Oleh : Nikmatul Khosiyah 

Andi adalah anak berkebutuhan khusus, ia mengalami itu sedari kecil. Anak ini menjadi anak istimewa yang bersekolah di Yaa Bunayya Surabaya. Andi menapaki perkembangan usia dininya selama enam tahun di Yaa Bunayya Surabaya, sejak masih di Kelompok Bermain. Segala indera di tubuhnya tidak bisa langsung merespons, khususnya indera pendengarannya. Andi adalah seorang anak ABK yang lahir membawa keistimewaan dalam hidupnya sebagai anak down sindrom.
 
Anak ini anak istimewa, karena terlahir dari keluarga dokter. Ayah dan ibunya seorang dokter, pun dengan kakak-kakaknya juga dokter. Andi anak terakhir dari 5 bersaudara, yang usianya terpaut jauh dengan ke 4 kakak-kakaknya. Saking istimewanya Andi, pengasuhnya pun sangat istimewa karena pengasuh yang profesional. Mbak, begitu Andi memanggilnya, adalah sosok yang sangat paham menangani ABK, apa yang diinginkan, dan apa kebutuhannya.
 
Dengan Bahasa tubuhnya mbaknya sudah mengerti, kapan andi ingin BAK, kapan ingin BAB, dan kapan pula dia ingin makan ataupun minum. Andi adalah anak istimewa, dia tak bisa berbicara, tapi lingkungannya bisa menerjemahkan apa maunya. Satu hal sangat istimewa dalam pandanganku adalah, saat terdengar kumandang adzan, Andi akan segera menarik tangan mbak pengasuhnya untuk mengajaknya berwudlu. Bahkan saat dia sedang makan atau sedang aktifitas bermain pasti dia bersegera bangkit meninggalkan aktifitas yang sebelumnya dia lakukan. Pernah aku mendapatinya menangis dan tantrum hebat, mbak pengasuhnya begitu tenang mendampinginya.
 
Andi saat itu memang sedang kurang enak badan, sehingga terlihat wajahnya memerah dan tidak seceria biasanya. Yang menarik, saat dia sedikit tenang, begitu si mbak mengajaknya berwudlu dia begitu antusias, dan selesai berwudlu Andi terlihat nyaman dan tenang. Oh iya, akupun sangat terkesan dengan aktifitas sholatnya. Andi meski tak bisa berbicara, suaranya hanya suara babling saja. Aauu.. haa.. huuu.. be, waa, khaa..khaa.. adalah suara yang sering Andi ucapkan. Saat berlatih shalat di sekolah, Andi selalu tetap tenang di tempatnya shalat, di atas sajadahnya dari awal takbir sampai berdzikir selesai. Andipun sangat paham urutan-urutan gerakannya. Selesai berdzikir tak perlu disuruh, dia segera merapikan alat sholatnya, dan menyimpan kembali ke tempatnya.
 
Itulah sekelumit keistimewaan yang dimiliki Andi yang bisa aku tangkap dan ceritakan di sini. Aku sering membisikinya. “Andi, nanti saat kamu, sudah di surga panggil ustadzah ya”. (dia akan tersenyum manis dan terlihat riang sekali) itu kata-kata yang sering aku bisikkan di telinganya. Yang sangat aku ingat, ayahnya saat berinteraksi dengan kami, beliau selalu bersemangat dan bahagia terlihat dari pancaran wajahnya. Beliaupun pernah berpesan kepada kami. “Ustadzah, ajarkan apa saja yang bisa menjadi pembiasaan baik Andi hingga dewasa nanti, Insya Allah menjadi amal jariah panjenengan. Kalau panjenengan ingin melihat ahli surga pandanglah anak saya” begitu yang ayah Andi sampaikan. Hatiku begitu trenyuh dan terharu, sejuk terasa mendengar pesan dari beliau. Pernah suatu ketika, aku beranikan diri menggali perasaan kedua orangtua Andi, bagaimana pandangan mereka dengan kehadiran Andi beserta kondisinya sebagai putra dalam rumah tangga mereka. Aku dibuat menitikkan air mata karenanya. Untuk bisa berbahagia menerima Andi kecil saat itu, butuh proses yang panjang dan lama.
 
Namun salutnya, dari awal kelahiran Andi, ayah dan Bundanya tak pernah ada rasa malu dan berkecil hati. Yang hadir justru sikap bertaubat dan mohon ampunan Allah saat itu. Cerita dari kedua orangtua andi yang selalu terkenang adalah, mereka menjual harta mereka untuk bersedekah, karena ingin mensucikan harta mereka. Yang mengherankan, semakin banyak mereka bersedekah ternyata harta (rizki) mereka malah semakin bertambah. Aku menyaksikan buliran bening menetes dari pelupuk mata sang bunda, saat menceritakan itu. “Andi ini ustadzah, saya akui benar-benar sumber rizki kami yang penuh berkah” ujar beliau sambal mengusap mata sembabnya. “Sungguh rizki itu, mengalir deras dari jalan yang tidak kami sangka. Padahal kalau mau dihitung-hitung, biaya sekolah dan terapinya setiap bulan, nilainya sama untuk membeli sepeda motor” Begitu papar ibunda Andi kepadaku saat itu, yang aku tanggapi dengan haru dan ikut menitikkan air mata.
 
Hatiku tetiba nyeri yang tanpa luka namun goresannya terasa. Memang tidak berlebihan dan ada dasar yang kuat, penyebutan calon penghuni surga. Seperti diketahui, secara medis “orang gila” atau orang yang hilang akalnya adalah orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Akal mereka tidak berfungsi dengan baik untuk berpikir dan melakukan berbagai hal. Mereka pun diperbolehkan untuk tidak menjalankan ibadah. Untuk anak berkebutuhan khusus semisal Andi, jelaslah bahwa akalnya tidak dapat berfungsi normal.
 
Perihal hal tersebut Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya. Sementara itu, para ulama berpendapat, orang yang hilang akal sejak kecil hingga meninggal dunia, ia akan masuk surga selama orangtuanya Muslim dan lahir dalam keadaan Muslim. Keputusan itu mengacu pada dalil: “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak keturunan mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak keturunan mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka. (QS. Ath-Thur: 21).”
 
Bagi orangtua yang memiliki ABK berbahagialah, karena dari sanalah surga kalian sudah terlihat dan sangat dekat. Memiliki anak dengan kebutuhan khusus tidak pernah mudah, tapi bukan berarti selalu susah dan tidak mungkin untuk dijalani. Selalu ada hal-hal baik terselip jika kita mau jeli mencari. Beberapa hal baik yang terasa. Seperti halnya Andi, karena orangtuanya ikhlas dan paham betul ladang pahalanya, mereka tak sedikitpun mau menyiakannya. Mereka menyambutnya dengan bahagia dan meluapkan kebahagiaan itu kepada anaknya.
 
Orang tua adalah kunci pokok kebahagiaan ABK. Sementara lingkungan menjadi pintu-pintu kebahagiaan lainnya. Orang tua adalah pemegang tombol masing-masing pintu tersebut. Merekalah yang menunjukkan, mengarahkan, membukakan, memudahkan dan membimbing dengan dukungan banyak pihak. Insya Allah jika kita Bahagia, ikhlas dan sabar mendampingi ABK, akan memberikan timbal balik yang luar biasa dalam kehidupan kita.
 
Sebagai individu dan sebagai guru, aku benar-benar banyak belajar dari Andi. Aku benar-benar belajar arti Bahagia dari Andi, yang kebetulan ABK. Akupun memahami tentang ABK bukan merupakan cela dan cacat, juga dari sosok bernama Andi. Aku mengerti tentang arti ikhlas dari sosok anak yang di mata manusia tidak sempurna ini, namun sejatinya kesempurnaan jiwa ada padanya.
 
Semoga kita mampu mengambil ibrah (pelajaran) sebesar-besarnya dari lingkungan kita. Semoga kita mampu menjadi hamba yang beriqra’ dengan Bismirabbik yang benar dan pengakuan atas ketidak tahuan apa-apa pada diri kita. Karena Allahlah sumber pengetahuan dari segala sumber pengetahuan.
 
 
“Catatan amal diangkat dari tiga jenis orang, orang tidur sampai dia bangun, anak kecil sampai dia baligh dan orang gila sampai dia sembuh dari gilanya. (HR. Ahmad).”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Buka Hati dengan Pendidikan Tauhid

× Hubungi Kami